Hate Smoker

07.49 / Diposting oleh StephanieCitra /


Dear smokers,


Maaf...

Tapi mau dipikir dari sudut manapun dari otak gue, gue ga bisa memberikan toleransi pada orang - orang yang terjebak dalam kebiasaan, kecanduan merokok ini.

Tau ga si, apa yang bikin gue emosi tiap kali liat orang ngerokok? (selain karena asapnya) gue ngerasa orang yang TEGA merokok di depan batang hidung gue adalah orang-orang yang pengen gue cepet-cepet mati. (Perokok pasif lebih cepet mati dari pada orang yang merokok).

Selain itu, kalo ada orang yang beralasan, "Gimana lagi, gue udah kecanduan, lagian kan yang rugi bukan elo, gue udah siap kok terima resiko untuk diri sendiri!"

Jawaban kayak gitu bikin gue lebih emosi lagi!!!!!

Dalam keluarga gue juga ada yang ngerokok, nenek gue. Apa kabar dia? Udah meninggal karena komplikasi antara Kanker Paru-paru stadium 4 dan asam urat. Gue yakin, jauh sebelom kanker itu mengganas dalam tubuh nenek gue, dia sendiri udah tau kalo MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI,dan GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN.Tapi sama kayak reaksi setiap orang yang sudah dan akan menyusul beliau (mati karena KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI,dan GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN) cuek aja ampe bener-bener kena batunya.

Mau coba mengerti dari sudut pandang gue sebagai salah satu anggota keluarga yang ditinggalkan?

Bayangkan sekarang ini u adalah seorang cowok berusia 20 tahun, sudah belajar dan mengenal rokok sejak usia 14 tahun (berarti sudah 6 tahun merokok) dan mungkin akan terus merokok sampai usia 50 tahun.

Dalam perjalanan hidup u, pasti u akan menikahi seseorang, menjadi ayah untuk seseorang, menjadi panutan bagi seseorang, menjadi tulang punggung sebuah keluarga, dan tentu saja menjadi salah satu tokoh yang sangat dicintai oleh (paling tidak) keluarga u sendiri (istri dan anak-anak u, orang tua u). Yah, walaupun mungkin u gak terlalu peduli...

Lalu pada usia 50 tahun itu u dinyatakan menderita kanker paru-paru (belom ditambah bonus komplikasi penyakit2 hasil timbunan di masa muda), dan karena penyakit yang u derita, keluarga u harus :

* Punya banyak duit untuk membiayai pengobatan (yang belom tentu berhasil)
* Punya beban pikiran karena trus-terusan takut kehilangan diri U.
* Parahnya, kalo ternyata u bukan berasal dari keluarga pencetak uang, dimana uang selalu pas-pasan, ingatkah u bahwa u punya anak yang harus dibiayai sekolah, di kasi makan, dibesarkan,... dan hidup anggota keluarga u terbeban dipundak u...

Dan satu yang anehnya kok cowok masih ga bergeming soal peringatan bahaya merokok, IMPOTENSI. Apa u harus bener-bener harus jadi impotensi dulu baru menyesali kebiasaan yang sebenernya bisa dihentikan?

kayaknya kapan-kapan perlu deh ya gue bikin riset tentang impotensi, biar melek dah gimana rasanya jadi impoten... Yah, kalo u udah siap menerima diri u di masa depan adalah seorang impoten, u harus tanya juga calon istri u nanti, apakah dia siap menikah dengan seorang calon impoten?

Intinya, wahai para perokok, u ga bisa seenaknya memutuskan dan merasa merokok atau tidak adalah hak atau pilihan hidup u. U bukan Tom Hanks di film Cast Away yang hidup di sebuah pulau SENDIRIAN. U bagian dari keluarga dan masyarakat. Kalo menghargai diri sendiri pun gak bisa, gimana u bisa menghargai orang lain?


Menghargai orang laen di sini adalah:

* Ortu u yang dah banting tulang peras darah membesarkan u.
* Pasangan hidup u yang sudah mempercayakan hidupnya pada u, yang akhirnya bisa menerima u sebagai pasangan hidupnya walaupun dia tau u adalah calon kuat penderita KANKER, SERANGAN JANTUNG, dan IMPOTENSI.
* Anak2 u, yang mendambakan seorang panutan dalam hidupnya, ayah yang bisa mengayomi mereka, ....


Jadi, kalo u ga berhenti merokok sekarang juga, selain u sedang menciptakan jalan untuk kejatuhan diri u sendiri di masa depan, u juga sedang menciptakan jalan keputus-asaan bagi orang-orang di sekeliling u. ( Dan jangan lupa, u juga bertanggung jawab pada beribu-ribu orang yang u libatkan sebagai perokok pasif!)


Bandung, 11 oktober 2008

dengan penuh emosi,




Stephanie Citra


Label:

0 komentar:

Posting Komentar