Become Madame Mao

13.22 / Diposting oleh StephanieCitra / komentar (0)


Novel ke 3 ny Anchee Min. G belom pernah baca satu pun cerita ttg presiden pertama RRC - Mao Tse Tung, jadi g sangat tertarik ttg apa yang akan diceritakan sama Anchee Min kali ini. Walaupun tokoh utamanya bukan Mao Tse Tung paling enggak g melihat dari sudut pandang orang terdekatnya. Buset, positif thinking bgt ya gue (sebelom baca novel ny)…

Novel ini jadi mengingatkan kejadian bertahun-tahun lalu, sebelom g masuk TK dimana hidup g dihabiskan di depan TV. Satu kali dengan tiba2 gue matiin monitor TV pas acara “Si Unyil” belom abis.

“Kenapa di matiin?” mami g bingung, dy lg sibuk sama mesin cuciny..

Hehe… kalo inget waktu itu, g yakin itu adalah kali petama g dikenalkan oleh rasa takut… g masi inget, yang bikin g matiin TV ny tiba2 adalah krn di episode film “Si Unyil” yang lagi g tonton sedang bercerita ttg nenek si Unyil yg lg di rumahnya sendirian sedangkan 2 perampok sedang menyusun rencana buat ngerampok rumah tu nenek.

TV nya langsung g matiin pas 2 perampok tadi mulai masuk rumah. Rasanya deg2an banget dan g memutuskan matiin TV adalah penyelesaian dari rasa takut g…..

Jadi g cerita aja ke mami g kenapa g matiin TV ny…
“Ah, gak akan kenapa-kenapa….” Terus mami g nyala-in lg TV. G dah siap2 aja tutup mata, tutup telingga, nyumput di belakang mami g…

G baru buka mata lagi waktu mami g maksa g buka mata dan ngasi liat adegan di TV menggambarkan 2 perampok tadi di tangkep polisi. Fuihh…. Sejak saat itu g berhenti nonton si Unyil.

Nah, buku ini mengingatkan g pada rasa takut g waktu itu. Otak g yg sejernih taman laut Bunaken tiba2 ternodai tinta hitam dari cumi-cumi madame Mao. G dah hampir ‘menutup buku’ tapi g dah terlanjur terjerumus ke bagian yang mengerikan. Klo tiba2 g berhenti, bagian yang akan g ingat adalah bagian mengerikannya. Jadi g lanjutkan sampe halaman terakhirnya…

Tapi novel ini mengerikan sampai akhir… horor sampe akhir…

Apa yg bikin g takut? G jadi takut untuk berpikir, sebenernya berapa lama umur cinta? (G gak sedang berpuisi, sodara-sodara. Ini pertanyaan serius!) Berapa lama umur oxytocin? Berapa lama oxytocin bisa membius kita? Berapa lama sampe akhirnya kita bener-bener sadar orang yang 5-10 tahun yang lalu adalah orang yang kita cintai, hari ini - 10 tahun kemudian, mereka adalah orang yang menggerogoti hati kita sampe mati…

G ga tau di mana letak tombol on/off rasa takut di kepala g. Satu pikiran negative menciptakan pikiran negative lainnya. Jangan-jangan cinta Romeo & Juliet disebut ‘cinta sejati’ karena mereka pada akhirnya mati sebelom sempet bener2 hidup bersama. Jangan-jangan si gadis penenun & si penggembala masih bisa saling mencintai & merindukan karena mereka cuma dipertemukan setahun sekali?

Di luar semua itu, g merasa agak tidak nyaman dengan cara bercerita Anchee Min di novel ini. G lebih suka cara dy cerita di novel Empress Orchid & The Last Empress. Di novel ini g dibikin agak bingung, sebenernya dia mau cerita dari sudut pandang Madame Mao atau dari sudut pandang orang2 di sekitar Madame Mao? Di novel Empress Orchid semuanya jelas dari awal sampe akhir, bahwa yang sedang bercerita adalah Anggrek, si maharaninya sendiri.

Ah! Sekarang otak g berkeliaran semakin jauh…. Setiap orang pasti jadi semakin tua TAPI cerita hidup setiap orang enggak dijamin selalu HAPPY ENDING kayak film anak2 (film “Si Unyil” yg g tonton misalnya). Siapa yang tau di dunia ini bisa ada kisah hidup se buruk Madame Mao? Malah semakin dipikir kayaknya lebih banyak kisah BAD ENDING dari pada HAPPY ENDING…

Siapa bisa bantu gue matiin TV di kepala g?

Label:

Empress Orchid & The Last Empress

12.08 / Diposting oleh StephanieCitra / komentar (0)


Seinget g, kaisar terakhir negri China (sebelom jadi republic) adl Puyi, yang konon katanya berakhir sebagai tukang sapu jalan & dia laki-laki. Jd, g agak bingung juga ni wkt baca judul ‘The Last Empress’. Dan setelah baca TERNYATA tokoh utamanya adalah ‘kaisar terakhir’ (dalam arti tokoh yang masi punya ‘power’ dalam namanya sebagai pemimipin.) Ya, g inget gimana kisah hidup Puyi digambarkan di majalah intisari yang g baca. Dilahirkan untuk tidak dihargai.

Btw, buku ini ga bahas soal Puyi. Nama Puyi cuma di sebut di bab terakhir. Tapi buku ini masi jadi bukti dan saksi bahwa g memang naksir berat segala novel sejarah. G jadi inget, semua film ttg kekaisaran China pasti pernah menggambarkan ‘sembah sujud bagi kaisar’ dan isi salamnya kira-kira: “Semoga yang Mulia Kaisar panjang umur sampai 10.000 tahun!” nah, abis baca buku ini g tiba2 merasa mengerti kenapa ‘panjang umur’ adalah tema wajib untuk semua kaisar China. Haha… agak miris juga, setelah diperhatikan, umur kaisar2 China yang diceritakan di buku ini ga ada yg lebih dari 40 tahun. Bahkan bisa mencapai 30 tahun aja udah luar biasa.

Buku ini memperlihatkan ‘ritme’ yang berulang dari satu kaisar ke kaisar berikutnya. Mengungkapkan masalah2 yang membuat setiap kaisar berumur pendek. Menggambarkan situasi saat laki-laki diberi kemudahan untuk tidak ‘berburu’. (yang ternyata menyebabkan –menurut g sih- kecacatan jiwa).

Ada 2 tokoh gak penting yang menurut g penting untuk diingat. G kagum sama “Belalang” teman kecil sang Maharani & “Willow” istri Yung Lu. (Klo penasaran apa yg membuat g kagum pada mereka berdua, u harus baca sendiri bukunya.)

G juga kagum bisa menemukan berbagai jenis kisah cinta dari ‘cinta tidak harus saling memiliki’, ‘cinta sampai kakek nenek’, ‘cinta yang polos’ (walau ga bertahan lama), ‘cinta ibu untuk anak2nya’, ‘cinta negara’, ‘cinta perdamaian’ dll… (Mengingat g agak alergi sama novel roman, tp klo jenis ‘cinta’ nya ‘masuk akal’ g masi bisa terima. Belagu bgt ya g…)

G beruntung bisa baca novel ginian di masa (seharusnya) liburan g. Seolah g lagi berkunjung ke Cina di akhir 1800 an. Merasa seolah g salah satu selir kaisarnya, seolah g terlibat dalam setiap perangnya, ngerasain kehampaan, dilema, sakit hati, fitnah, putus asa, dan berbagai emosi lain cuma dengan baca buku… bukankah ini liburan & hiburan yang paling menyenangkan? G makin yakin gak ada yang bisa menghentikan hobi g ini…

Ngomong2 ada satu dialog yang BUAT G banget deh…
Di halaman 6 buku ‘The Last Empress’ :

“Belajarlah jadi kayu yang lembut, Anggrek,” Ibu mengajariku saat masih kecil. “Bongkahan yang lembut akan diukir menjadi patung-patung Budha dan dewa dewi. Bongkahan yang keras akan dijadikan papan peti mati.”

Label: